Minggu, 14 November 2010

Krisis Global VS Tsunami

Krisis global menghentak, dunia kaget, orang-orang terpana bukannya takjub, melainkan bingung dengan apa yang terjadi. Amerika yang konon raja segalanya, harus pontang panting dengan berbagai strategi untuk menyelamatkan negaranya. Ketika itu juga redaksi logiss teringat dengan bencana tsunami yang menimpa Aceh 2004 silam. Banyak hal yang menggelayut di benak kami, apakah krisis global sama dahsyatnya dengan Tsunami aceh? Hingga semua Negara tersentak kaget dan di buat bingung karenanya. Untuk mencari jawabannya redaksi logiss mencoba mencari tahu dan mendapatkan penjelasan yang mudah di pahami oleh siswa-siswi tentang krisis global yang menimpa dunia saat ini dengan mewawancarai guru ekonomi MA MODEL, Ustad Fajar Sodiq, SE, MSi berikut petikan wawancaranya :
Logiss : Akhir September kemarin, dunia terhentak dengan adanya istilah krisis global, ustad, apa sebenarnya yang di maksud krisis global?
Ustad : Begini, biar enak kita kaji dulu makna krisis global dari sisi etimologis. Krisis itu bahasa yang gampang dan mudah di pahami orang kan kesulitan, sedangkan global itu dekat artinya dengan menyeluruh atau tanpa batas. Jadi krisis global itu istilah lainnya kesulitan yang menyeluruh dalam hal ini kesulitan yang di alami oleh hampir semua Negara yang ada di dunia.
Logiss : Kesulitan dalam hal apa Ustad?
Ustad : Dalam istilah keuangan di sebut dengan Financial Distress atau Crisis Financial. Nah krisis itu sebenarnya di awali dan di alami oleh Amerika, kemudian berimbas ke Negara lain di dunia
Logiss : Kok bisa krisisnya terjadi di Amerika berimbas ke semua Negara, termasuk Indonesia?
Ustad : Ya bisa, logikanya begini; kalian ingat bahwa Amerika itu saat ini raja dunia hampir dalam segala hal, hampir semua struktur keuangan Negara terutama Negara berkembang di biayai oleh dolar Amerika. Nah makanya krisis keuangan yang terjadi di sana berdampak ke hampir semua Negara.
Logiss : Krisis financial ini juga berdampak ke pasar saham, bagaimana ustad?
Ustad : Begini, sebenarnya krisis financial yang di alami Amerika tidak hanya berdampak kepada pasar saham melainkan juga ke pasar Uang. Pasar modal, kita kenal sebagai tempat untuk memperoleh dana cepat dan murah,nah dalam kondisi krisis dan panic biasanya para investor cenderung ingin memegang uang cash untuk meminimalkan resiko kerugian akibat harga saham yang terus turun. Ini artinya para investor cenderung untuk menjual saham-saham yang di milikinya. Penjualan besar-besaran inilah yang akan berdampak kepada kurangnya akumulasi dana yang ada dan akhirnya akan meng- koreksi
indeks harga saham. Dalam konteks krisis financial ini kita tahu bahwa akibat badai krisis yang melanda Amerika, perusahaan asing juga perlu uang untuk menutup lubang yang ada dalam negeri masing-masing, karena itu mereka perlu uang cepat. Salah satu caranya adalah dengan menjual apa saja yang di miliki, dan yang paling cepat bisa di jual adalah saham di Bursa. (Ingat; hukum permintaan danpenawaran) Saking banyaknya pihak yang ingin menjual itulah yang mengakibatkan harga saham jatuh, mereka berani menjual murah, menjual rugi, asal bisa segera mendapat uang cash. Logiss : Ustad tadi mengatakan perusahaan ingin menutup lubang, maksudnya apa?
Ustad : Perusahaan itu kan biasanya sebagian modalnya di biayai dari utang, termasuk utang dari luar negeri. Nah lubang yang di maksud ya utang itu.
Logiss : Saat awal krisis financial oktober lalu, pemerintah Indonesia sempat menutup bursa, menurut ustad apa itu tidak rugi?
Ustad : Sebuah keputusan itu pasti membawa konsekuensi atau mengandung resiko yaitu baik dan buruk. Menurut sepengetahuan saya langkah yang di ambil pemerintah untuk menghentikan perdagangan di bursa sementara waktu, itu sudah tepat. Penutupan sementara bursa itu sangat penting untuk mengamankan perusahaan-perusahaan nasional kita, terutama perusahaan yang terlibat utang di luar negeri yang jaminannya berupa saham. Karena dengan demikian nasib bangsa kita minimal bisa di selamatkan, coba antum bayangkan, seandainya pemerintah terlambat menghentikan bursa, kemudian terjadi aksi jual besar-besaran, sementara perusahaan nasional kita banyak di biayai utang, kalau harga sahamnya merosot terus nilai jaminan hutangnya tidak mencukupi apa yang akan terjadi? Kan mungkin saja terjadi “Take over” missal, tambang batu bara kita bisa di sita oleh asing.
Logiss : Ini yang terakhir ustad, Seingat kami, Indonesia pernah mengalami ksisis tahun 1998 lalu. Apa perbedaan krisis 1998 dengan krisis global yang juga berdampak ke perkonomian Indonesia sekarang?
Ustad : Ada dua hal yang bisa di jadikan determinan, yaitu faktor dan isu ekonomi yang mengiringi badai tersebut.
Logiss : Apa itu ustad?
Ustad : Salah satu penyebab yang nyata pada krisis 1998 kan isu korupsi, transisi politik (kepemimpinan) yang berdampak pada Misgoverment, kenaikan harga yang membubung tinggi, tidak adanya rasa aman untuk kaum Tionghoa dsb. Sekarang kan 90 % faktor itu tidak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar