Minggu, 14 November 2010

“PERMASALAHAN KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA”

Pengangguran merupakan problem serius yang melanda bangsa ini sejak kemerdekaannya. Banyak sekali orang kesulitan bahkan terkatung-katung untuk memperoleh pekerjaan agar dapat memiliki taraf hidup sebagaimana mestinya. Tapi, lapangan kerja tidak dapat mendukung melejitnya pertumbuhan penduduk sehingga banyak dari mereka menjadi gelandangan jalanan yang menggantungkan kehidupannya dari uluran tangan orang lain.
Ada tiga macam pengangguran, diantaranya:
1. Pengangguran terbuka ( Open unemployment)
Penduduk angkatan kerja yang tidak mendapatkan pekerjaannya dalam kata lain tidak memiliki pekerjaan.
2. Pengangguran tersembunyi / terselubung (disguised unemployment)
Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya disebabkan lemahnya permintaan tenaga kerja
3. Underemployment (setengah menganggur)
Tenaga kerja yang jumlah jam kerjanya tidak optimal karena ketiadaan kesempatan untuk bekerja full time.
Dari tipikal pengangguran di atas dapat didiagnosa penyakit yang menjadi kendala maraknya angka pengangguran. Secara garis besar pengangguran di Indonesia dipengaruhi oleh factor mindset penduduk Indonesia yang berotientasi pada PNS mainded atau birokrat minded. Seperti yang diketahui bahwa out put dari dunia pendidikan merupakan input dunia pasar dan kebanyakan (mayoritas) masyarakat ketika sudah melaksanakan studi, mereka lebih sibuk mencari kerja daripada menciptakan lapangan kerja. Padahal, dunia kerja yang terbatas tidak memberikan cukup ruang untuk menampung keluarnya lulusan yang begitu banyak.
Masalah di atas wajar saja terjadi sebab untuk dunia pendidikan di Indonesia, kebanyakan sekolah statusnya umum dan sedikit sekali sekolah-sekolah berlabel profesi yang tujuan utamanya menjadikan siswa lihai dalam hal bisnis
Diperlukan alternative lain menyikapi patologi pembangunan ekonomi ini, oleh sebab itu, diperlukan kesadaran semua pihak akan pentingnya menciptakan lapangan kerja daripada mencari kerja. Disisi lain, bagi orang yang ngotot memprioritaskan mencari kerja ketika lulus sekolah, perlu mempersiapkan bekal dirinya dengan tiga resep yang menjadi ukuran tenaga kerja: 1. Attitude (sikap) 2. Skil (kemampuan), meliputi Hard skill, Soft skill, dan spiritual skill. 3. Knowledge (pengetahuan). Sebab orang (pencari kerja) yang tidak mememilliki kriteria tersebut (unskill labour) secara langsung akan tergilas oleh perkembangan permintaan terhadap para pekerja. Juga banyak mengalami permasalahan, seperti contoh TKI Indonesia yang dikirim ke luar negeri. Kebanyakan dari mereka adalah bukan orang yang skill labour sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti kekerasan, penganiayaan, pemotongan gaji, bahkan sampai pemerkosaan.
Keitka mencoba menengok kondisi riil ketenagakerjaan. Maka akan ada asumsi realistis mengenai dampak dari pengangguran yang akan menjadikan kemiskinan penduduk. Selanjutnya social impact sebagai suatu ukuran stabilitas Negara atau daerah bisa dijadikan parameter suksesnya perekonomian. Oleh sebab itu kualitas SDM menjadi pengaruh terciptanya lapangan pekerjaan yang nantinya akan mewujudkan cita-cita Negara sebagai welfare state.
Semua ini perlu kolaborasi antara pemerintah (pemilik kebijakan), pengusaha (pencipta lapangan kerja), masyarakat (pencipta sekaligus pencari kerja) melalui perubahan minset dengan mengutamakan membuat lapangan kerja, dan pihak lain yang berkecimpung dalam pembangunan perekonomian. Ketika terjadi jalinan holistik dari berbagai kalangan kepentingan, maka pertumbuhan ekonomi secara langsung ataupun tidak juga akan terjadi. Dengan itu, pengangguran sedikit-demi-sedikit akan berkurang sebab seperti yang dipatokkan oleh ILO bahwa pertumbuhan ekonomi 1% akan mengangkat (menyerap) 400.000 tenaga kerja.

1 komentar:

  1. kk gk ada penjalasan lagi ta kk aku cari yang ana lisis 5 masalah tenagakerja

    BalasHapus